Senin, 21 November 2016

HARGA MINYAK NAIK DIBAYANGI KEPUTUSAN OPEC


Harga minyak mentah dunia melonjak 4 persen mencapai posisi tertinggi dalam tiga minggu tinggi terangkat pertumbuhan keyakinan bahwa negara-negara penghasil utama minyak dunia akan menyetujui untuk membatasi output mereka.

Melansir laman Reuters, Selasa (22/11/2016), harga minyak berjangka Brent menetap di posisi  US$ 48,90 per barel, naik US$ 2,04 atau 4,4 persen.
Sementara patokan minyak AS West Texas Intermediate (WTI) naik 4 persen menjadi US$ 47,49 per barel, naik US$ 1,80 setelah sempat ke posisi US$ 47,80 per barel.

Harga minyak Brent bahkan sempat menyentuh US$ 49 per barel. Harga minyak acuan London ini telah meningkat 11 persen dalam seminggu sejak Arab Saudi, pemimpin Organisasi Negara Pengekspor Minyak, mulai membujuk anggotanya untuk ikut dengan usulannya.
Anggota OPEC ditengarai akan setuju untuk membekukan output minyak pada pertemuan 30 November di Wina, Austria. Dalam beberapa hari terakhir, beberapa anggota OPEC termasuk Iran, bersama dengan Rusia terlihat condong ke arah kesepakatan untuk membatasi output tersebut.

"Mendekati pertemuan terdapat ancaman bahwa mereka akan mencapai beberapa kesepakatan yang telah memicu banyak short covering," kata Gene McGillian, Manajer Riset Pasar di Tradition Energy di Stamford, Connecticut.
Demikian pula, analis Goldman Sachs dalam catatan menyatakan kemungkinan OPEC untuk  memotong output telah meningkat, dan mereka percaya surplus minyak dunia akan bergeser menjadi defisit pada pertengahan tahun depan, yang akan mendorong harga.

"Kasus dasar kami sekarang adalah bahwa pemangkasan produksi OPEC akan diumumkan dan dilaksanakan," tulis mereka.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan ia melihat tidak ada penghalang untuk terjadinya pembekuan produksi minyak pasca-Soviet, lebih dari 11 juta barel per hari.
Di sisi lain, anggota OPEC pekan lalu mengusulkan kesepakatan bagi Iran. Negara ini memang ingin pengecualian untuk mencoba merebut kembali pangsa pasar yang hilang selama terkena sanksi Barat.

Libya dan Nigeria, yang ekspornya terhambat karena aksi kekerasan, juga diminta untuk tak ikut kesepakatan.

Minggu, 20 November 2016

Harga Pertamax Cs Naik Rp 50 sampai Rp 250 per Liter


PT Pertamina (Persero) menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Jenis Pertamax 95 dan Pertamax Plus 95‎ pada 16 November 2016. Kenaikan harga tersebut berkisar antara Rp 50 sampai Rp 250 per liter.

Vice Presiden Corporate Communication PT Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan, kenaikan Pertamax 92 dan Pertamax Plus 95 seiring kenaikan Harga Indeks Pasar (HIP).

"Harga Pertamax dan Pertamax Plus naik mulai 16 November, ada sedikit kenaikan HIP-nya," kata dia  di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, (16/ 11/2016).

Dia menyebutkan kenaikan harga Pertamax terjadi di wilayah‎ Sumatera Utara, Bengkulu sebesar Rp 100 per liter. Kemudian di Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat sebesar Rp 250 per liter.

Wilayah Yogyakarta,  Jawa Tengah, Bali dan Jawa Timur naik Rp 150 per liter. Kemudian Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur naik Rp 100‎ per liter. Sedangkan kenaikan harga Pertamax Plus berlangsung di Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat Rp 150 per liter. Wilayah Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur sebesar Rp 50 per liter.

‎"Untuk BBM jenis lain, seperti Pertalite, Pertamax Turbo, Pertamina Dex, Dexlite masih tetap," ucap Wianda.

‎Wianda yakin, kenaikan harga Pertamax dan Pertamax Plus tersebut tidak menyurutkan minat masyarakat untuk beralih ke Premium dan BBM perusahaan asing, karena kenaikannya kecil dan masih kompetitif.

"Kondisi harga masih kompetitif mudah-mudahan tetap diterima masyarakat karena kenaikan tidak besar," tutup dia.

BBM SATU HARGA HANYA GERUS LABA PERTAMINA 2 PERSEN


Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar harga bahan bakar minyak (BBM) tak berbeda antara Indonesia bagian Barat dengan Indonesia bagian Timur. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan PT Pertamina (Persero) pun kemudian menginisiasi program BBM Satu Harga. Dalam program ini, harga BBM tidak ada perbedaan di seluruh wilayah Indonesia. 
Tentu saja, adanya program ini memberikan pengaruh kepada laba Pertamina. Pasalnya, perusahaan BUMN tersebut harus memberikan subsidi untuk mendistribusikan BBM ke daerah timur. Infrastruktur yang masih minim menjadi alasan mengapa biaya distribusi di Indonesia bagian timur menjadi mahal.

Namun menurut Menteri ESDM Ignasius Jonan, Pertamina tidak akan mengalami kerugian yang cukup besar dengan Program BBM Satu Harga. Untuk mewujudkan program tersebut, Pertamina mengeluarkan dana Rp 800 miliar per tahun. Dana tersebut untuk menutupi biaya distribusi BBM ke wilayah terluar.
‎"Dengan dana itu Pertamina tidak akan rugi. Mungkin cost yang keluar untuk meng-cover itu Rp 800 miliar dalam satu tahun," kata Jonan, saat menghadiri DBS Asia Conference 2016, di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Kamis (17/11/2016).
Menurut Jonan, besaran uang yang dikeluarkan untuk menutupi biaya distribusi tersebut memiliki porsi yang sangat kecil jika dibandingkan dengan laba Pertamina. Dalam hitungan Jonan, nilai angka tersebut hanya 2 persen dari laba Pertamina sebelum pajak. "Ini kalau size Pertamina tidak signifikan ini dua persen dari laba sebelum pajak," ucap Jonan.
Jonan mengungkapkan, BBM Satu Harga di seluruh Indonesia merupakan komitmen besar Presiden Jokowi, hanya berlaku pada Premium dan Solar bersubsidi saja‎, yang akan diterapkan mulai 1 Januari.
"Ini BBM satu harga. Ini komitmen besar bapak presiden untuk memberlakukan satu harga di seluruh Indonesia. Peraturan teknis sudah diterbitkan. Ini hanya untuk Premium 88 dan solar. Jadi di luar itu tetap," tutup Jonan.